Rabu, 27 April 2011

Kemahasiswaan
Pemilihan Presiden BEM, Mahasiswa UIN Bentrok
K16-11 | Nasru Alam Aziz | Selasa, 26 April 2011 | 16:10 WIB

K16-11
Tawuran antarmahasiswa terjadi di Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Jawa Timur, Selasa (26/4/2011) saat berlangsung pemilihan Presiden BEM universitas.

MALANG, KOMPAS.com — Pemilihan Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim, Malang, Jawa Timur, Selasa (26/4/2011), diwarnai tawuran antarmahasiswa.

Bentrok antarmahasiswa bermula tak lama setelah pencoblosan dimulai. Tiba-tiba puluhan mahasiswa yang awalnya menggelar unjuk rasa di depan gedung rektorat mendatangi tempat pemungutan suara. Mereka barasal dari Partai Pencerahan (PP), salah satu kontestan pemilu, selain Partai Kebangkitan Demokrasi Mahasiswa (PKDM).

Para pendukung PP yang mengusung Ilham mendesak panitia agar menghentikan proses pemungutan suara. Mereka menilai calon dari PKDM, Amrullah Ali Mubin, melanggar hukum dan tidak layak ikut pemilihan.

Tawuran berlangsung sekitar 55 menit. Salah satu mahasiswa Fakultas Tarbiyah, Bagas, mengalami luka memar di wajah. Anggota satuan pengamanan (satpam) dan Resimen Mahasiswa (Menwa) berupaya melerai mahasiswa yang bertikai.

Menurut Sahmawi, Penasihat PP, pihaknya hanya meminta agar pemilihan presiden BEM tidak digelar karena dinilai ilegal dan cacat hukum. "Keputusan untuk menggelar pemilihan tidak ditandatangani oleh Sekretaris Badan Penyelenggara Pemilu Raya (BP2R), tetapi hanya ditandatangani oleh Pembantu Rektor III UIN," ungkapnya.

Sahmawi mengemukakan, Sekretaris BP2R tak menandatangani keputusan itu karena sanksi bagi pelanggar Pemilu Raya belum dituntaskan. "Pelaksanaan pemilihan ini atas paksaan pihak rektorat, bagian kemahasiswaan, dan pembantu dekan III fakultas," katanya.

Sementara itu, menurut Musawir, anggota BP2R, memang ada intevensi kuat dari pihak kampus. "Namun, saya selaku anggota BP2R tetap melaksanakan pemilihan, karena itu amanat kampus kepada BP2R," katanya.

Pencoblosan memang akhirnya dihentikan karena terjadi tawuran. "Kapan akan dilanjutkan, kami masing menunggu hasil keputasan dari semua pihak, baik dari rektorat dan juga dari kedua partai peserta," tutur Musawir.

Kepala Bagian Kemahasiswaan Jaiz Kumkelo menyatakan, pihaknya akan mempertimbangkan apa yang menjadi tuntutan mahasiswa yang mendesak agar pemilihan tidak digelar. "Kami hanya menyayangkan unjuk rasa yang akhirnya menjadi tawuran," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar